BAB 1
Subnetting
1.1 Pengertian Subnetting
Subnetting adalah upaya / proses untuk memecah sebuah
network dengan jumlah
host
yang cukup banyak, menjadi beberapa network dengan jumlah host yang lebih
sedikit. Dengan kelas IP dari A sampai C secara umum
1.2 Pengertian Subnet Mask
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam
bahasa Inggris yang mengacu
kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan
network ID dengan host ID,
menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan
lokal atau jaringan luar.
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang
disebut juga sebagai
sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang
digunakan untuk membedakan
network identifier dari host identifier di dalam sebuah
alamat IP. Bit-bit subnet mask yang
didefinisikan, adalah sebagai berikut:
_ Semua bit yang ditujukan agar
digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
_ Semua
bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
1.2.1 Aturan Dalam Membuat Subnet Mask
1. Angka minimal untuk network ID adalah 8 bit. Sehingga,
octet pertama dari
subnet pasti 255.
2. Angka maksimal untuk network ID adalah 30 bit. Anda
harus menyisakan
sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk mengizinkan paling
tidak 2 host. Jika anda
menggunakan seluruh 32 bit untuk network ID, maka tidak
akan tersisa untuk
host ID. Menyisakan 1 bit juga tidak akan bisa. Hal itu
disebabkan sebuah host ID
yang semuanya berisi angka 1 digunakan untuk broadcast
address dan semua 0
digunakan untuk mengacu kepada network itu sendiri. Jadi,
jika anda
menggunakan 31 bit untuk network ID dan menyisakan hanya 1
bit untuk host
ID, (host ID 1 digunakan untuk broadcast address dan host
ID 0 adalah network
itu sendiri) maka tidak akan ada ruang untuk host
sebenarnya. Makanya
maximum
network ID adalah 30 bit.
1.3
Representasi Subnet Mask
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan
subnet mask,
yakni:
1.3.1 Desimal Bertitik
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi
desimal
bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat
IP. Setelah
semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host
identifier, hasil nilai 32-
bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik.
Perlu dicatat, bahwa
meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik,
subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP
dan
digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke alam
beberapa subnet.
Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default
dengan
menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
<alamat IP www.xxx.yyy.zzz>, <subnet mask
www.xxx.yyy.zzz>
Tabel 1.1 Format Pada Notasi Desima Bertitik
Kelas Subnet Mask (Biner) Subnet Mask (Desimal)
A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0
B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0
C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0
Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat
dikustomisasi
oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian
jaringan (subnetting
atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0
merupakan sebuah network
identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet
dengan menggunakan
bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan
sebagai host identifier akan
digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah
dibagi ke dalam subnet.
Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya
(255.255.255.0) yang dapat
digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier.
Network identifier yang
telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang
digunakannya selanjutnya akan
ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0
1.3.2 Panjang
Prefiks (Prefix Length)
Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di
dalam sebuah
bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada
sebuah cara yang
digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask
dengan menggunakan
bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah
network prefix dengan
menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di
dalam tabel di bawah ini.
Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi
Classless Inter-Domain
Routing (CIDR) yang didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai
berikut:
/<jumlah bit yang digunakan sebagai network
identifier>
Tabel 1.2 Format Notasi Prefix Length
Kelas
Subnet Mask (Biner)
Subnet Mask
(Desimal)
Prefix
Length
A 11111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0 /8
B 11111111.11111111.00000000.00000000
255.
255.0.0 /16
C 11111111.11111111.11111111.00000000
255.255.255.0 /24
Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0
yang memiliki
subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam
notasi prefix length
sebagai
138.96.0.0/16.
1.4
Menentukan Alamat Network Identifier
Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP
dengan
menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan
dengan menggunakan
sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi
logika perbandingan
AND (AND comparison).
Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010
(131.107.164.026)
Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000
(255.255.240.000)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
AND
Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000
(131.107.160.000)
1.5 Tabel Pembuatan Subnet
1.5.1 Subnetting Alamat IP Kelas A
Tabel
berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan Kelas A
Table 1.3 Subnetting Untuk Kelas A
1.5.2
Subnetting Alamat IP Kelas B
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat
IP dengan
network identifier kelas B.
50
Table 1.4 Subnetting Untuk Kelas B
1.5.3 Subnetting Alamat IP Kelas C
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada
alamat IP dengan
network
identifier kelas C.
Table 1.5 Subnetting Untuk Kelas C
1.6
CIDR (Classless Inter-DomainRouting)
Classless Inter-Domain Routing (disingkat menjadi CIDR)
yang diperkenalkan pertama
kali tahun 1992 oleh IEFT adalah sebuah cara alternatif
untuk mengklasifikasikan alamatalamat
IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A,
kelas B, kelas C, kelas D, dan
kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih
efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan
membagi alamat IP jaringan ke
dalam
kelas-kelas A, B, dan C.
1.7 VLSM (Variable Length Subnet Mask)
VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam
vlsm dilakukan
peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam
clasik subneting, subnet
zeroes, dan subnet ones tidak bisa digunakan
BAB
II Crimping
2.1
Kabel LAN
Merupakan media transmisi Ethernet yang menghubungkan
piranti-2 jaringan dalam
jaringan komputer kita. Adalah sangat bermanfaat jika
kita mengenal lebih baik mengenai
kabel LAN sebelum kita membuat design jaringan. Design
kabel jaringan yang bagus,
merupakan unsur pendukung yang membuat jaringan komputer
LAN kita nantinya mudah
dipelihara dan bisa dikitalkan.
2.2 Arsitektur Jaringan
Ada beberapa macam tipe Ethernet yang secara umum terbagi
atas dua bagian yaitu
yang mempunyai kecepatan 10 MBps dan Fast Ethernet yaitu
yang mempunyai kecepatan
100 MBps atau lebih. Ethernet 10 MBps yang sering digunakan adalah 10Base2, 10Base5,
10BaseT dan
10BaseF. Sedangkan untuk kategori Fast Ethernet adalah
100BaseT dan
100VG-AnyLAN.
2.3 10Base2
10Base2 disebut
juga Thin Ethernet karena menggunakan kabel Coaxial jenis
Thin
atau disebut sebagai Cheaper Net.
10Base2 menggunakan topologi Bus.
Spesifikasi 10Base2
adalah sebagai berikut:
_ Panjang kabel per-segmen
adalah 185 m
_ Total segmen kabel adalah 5
buah
_ Maksimum Repeater adalah 4
buah
_ Maksimum jumlah segmen yang
terdapat node (station) adalah 3 buah
_ Jarak terdekat antar station
minimum 0,5 m
_ Maksimum jumlah station dalam
satu segmen kabel adalah 30
_ Maksimum panjang keseluruhan
dengan Repeater adalah 925 m
_ Awal dan akhir kabel diberi
Terminator 50 ohm
_ Jenis
kabel yang digunakan RG-58A/U atau RG-58C/U
2.4 10Base5
10Base5 disebut juga Thick Ethernet karena menggunakan kabel
Coaxial jenis Thick.
Topologi pada 10Base5 sama seperti 10Base2 yaitu Topologi
Bus. Spesifikasi dari 10Base5
adalah sebagai berikut:
Panjang kabel per-segmen adalah 500 m
Total segmen kabel adalah 4 buah
Maksimum jumlah segmen yang terdapat node adalah 3
Jarak terdekat antar station minimum adalah 2,5 m
Maksimum jumlah station dalam satu segmen kabel adalah 100
Maksimum panjang kabel AUI ke node 50 m
Maksimum panjang keseluruhan dengan Repeater 2500 m
Awal dan akhir kabel diberi Terminator 50 ohm
Jenis kabel Coaxial RG-8 atau RG-11
2.5 10BaseT
Berbeda dengan 10Base2
atau 10Base5 yang
menggunakan topologi Bus, pada
ethernet TbaseT
menggunakan
topologi Star. Ethernet dengan topologi Star ini
paling
banyak digunakan, karena mudah pemasangannya serta
melakukan pengecekan jika ada
kerusakan pada jaringan. Pada 10BaseT kabel
yang dipakai bukan Coaxial tapi kabel UTP.
Spesifikasi dari 10BaseTadalah sebagai berikut:
_ Panjang kabel per-segmen
maksimum 100 m
_ Maksimum jumlah segmen adalah
1024
_ Maksimum jumlah node
per-jaringan 1024
_ Menggunakan Hub dengan jumlah
maksimum 4 buah dalam bentuk hubungan chain
_ Kabel
yang digunakan UTP Category-3 atau lebih
2.6 10BaseF
10BaseF mengunakan
kabel serat optik, ini jarang digunakan karena biasanya mahal
dan pemasangannya tidak semudah ethernet tipe lain.
Umumnya jenis ini dipakai untuk
penghubung (link)
antar segmen karena jaraknya bisa mencapai 2000 m serta kabel yang
digunakan adalah serat optik.
2.7 100BaseT
100BaseT disebut
juga Fast Ethernet atau 100BaseX,
adalah ethernet yang
mempunyai kecepatan 100 Mbps. Ada beberapa tipe 100BaseT berdasarkan
kabel yang
dipakai, yaitu:
_ 100BaseT4, memakai kabel UTP
Category-5 dan kabel yang dipakai adalah 4 pasang
_ 100BaseTX, memakai kabel UTP
Category-5 dan kabel yang dipakai hanya 2 pasang
_ 100BaseTX, memakai kabel
serat optic
Pada 100BaseT yang menggunakan kabel Coaxial maksimum
total kabelnya dengan
menggunakan Hub
Class II adalah
205 m, dengan perincian 100 m untuk panjang segmen
dan 5 m untuk hubungan Hub ke
Hub. Sedangkan untuk 100BaseFX
dengan
menggunakan
dua Repeater bisa mencapai 412 m, dan
panjang segmen dengan serat optik bisa mencapai
2000 m.
2.8 100VG-AnyLAN
100VG-AnyLAN bukan
merupakan ethernet umum murni karena metode akses
medianya berdasarkan demand priority. 100VG-AnyLAN bisa
digunakan dengan sistem
Frame Ethernet ataupun dengan Frame Token Ring.
Kabel yang digunakan adalah kabel UTP Category-3 atau 5. Tidak seperti ethernet
biasa yang menggunakan kabel UTP dengan
panjang maksimum segmen 100 m, maka pada
100VG-AnyLAN jika
yang dipakai adalah UTP Category-5 maka panjang maksimum
segmennya
bisa mencapai 150 m, sedangkan yang memakai serat optik
panjang maksimum
segmen-nya
adalah 2000 m.
2.9 Jenis – Jenis Kabel LAN
Tiga
jenis kabel jaringan yang umum digunakan saat ini yaitu :
2.9.1 Twisted Pair
KabelTwisted
pair (pasangan
berpilin) adalah sebuah bentuk kabel di mana dua
konduktor digabungkan dengan tujuan untuk mengurangi atau
meniadakan
interferensi elektromagnetik dari luar seperti radiasi
elektromagnetik dari kabel
unshielded twisted pair (UTP) cables, dan crosstalk di antara pasangan kabel yang
berdekatan.
2.9.1.1 Kabel
Unshielded Twisted Pair (UTP)
Unshielded twisted-pair (disingkat UTP) adalah sebuah
jenis kabeljaringan
yang menggunakan bahan dasar tembaga, yang tidak
dilengkapi dengan shield
internal. UTP merupakan jenis kabel yang paling umum yang
sering digunakan di
dalam jaringan lokal (LAN), karena memang harganya yang
rendah, fleksibel dan
kinerja yang ditunjukkannya relatif bagus. Dalam kabel
UTP, terdapat insulasi satu
lapis yang melindungi kabel dari ketegangan fisik atau
kerusakan tapi, tidak seperti
kabel Shielded
Twisted-pair (STP),
insulasi tersebut tidak melindungi kabel dari
interferensi elektromagnetik.
Kabel UTP memiliki impendansi kira-kira 100 Ohm dan
tersedia dalam
beberapa kategori yang ditentukan dari kemampuan transmisi
data yang dimilikinya
seperti
tertulis dalam tabel berikut.
1. Category 1
Kabel LAN UTP Cat 1 adalah kabel UTP dengan kualitas
transmisi terendah, yang
didesain untuk mendukung komunikasi suara analog saja.
Kabel Cat1 digunakan sebelum
tahun 1983 untuk menghubungkan telepon analogPlain Old
Telephone Service (POTS).
Karakteristik kelistrikan dari kabel Cat1 membuatnya
kurang sesuai untuk digunakan sebagai
kabel untuk mentransmisikan data digital di dalam jaringan
komputer, dan karena itulah
tidak pernah digunakan untuk tujuan tersebut.
2. Category 2
Kabel LAN UTP Cat 2 adalah kabel UTP dengan kualitas
transmisi yang lebih baik
dibandingkan dengan kabel UTP Category 1 (Cat1), yang
didesain untuk mendukung
komunikasi data dan suara digital. Kabel ini dapat
mentransmisikan data hingga 4 megabit
per detik. Seringnya, kabel ini digunakan untuk
menghubungkan node-node dalam jaringan
dengan teknologi Token Ring dari
IBM. Karakteristik kelistrikan
dari kabel Cat2 kurang cocok
jika digunakan sebagai kabel jaringan masa kini. aslinya
dimaksudkan untuk mendukung
Token
Ring lewat UTP.
3.
Category 3
Kabel LAN Cat 3 adalah kabel UTP dengan kualitas transmisi yang lebih
baik
dibandingkan dengan kabel UTP Category 2 (Cat2), yang didesain untuk
mendukung
komunikasi data dan suara pada kecepatan hingga 10 megabit per detik.
Kabel UTP Cat3
menggunakan kawat-kawat tembaga 24-gauge dalam konfigurasi 4 pasang
kawat yang
dipilin (twisted-pair)
yang dilindungi oleh insulasi.
4. Category
4
Kabel LAN
UTP Cat 4 adalah kabel UTP dengan kualitas transmisi yang lebih baik
dibandingkan
dengan kabel UTP Category 3 (Cat3), yang didesain untuk mendukung
komunikasi
data dan suara hingga kecepatan 16 megabit per detik. Kabel ini menggunakan
kawat
tembaga 22-gauge atau 24-gauge dalam konfigurasi empat pasang kawat yang
dipilin
(twisted
pair) yang dilindungi oleh insulasi.
5. Category 5
Kabel LAN Cat 5 kabel dengan kualitas transmisi yang jauh
lebih baik dibandingkan
dengan kabel UTP Category 4 (Cat4), yang didesain untuk
mendukung komunikasi data serta
suara pada kecepatan hingga 100 megabit per detik. Kabel
ini menggunakan kawat tembaga
dalam konfigurasi empat pasang kawat yang dipilin (twisted
pair) yang dilindungi oleh
insulasi. Kabel ini telah distandardisasi oleh Electronic Industries Alliance
(EIA) dan
Telecommunication
Industry Association (TIA).
6.
Category 5e
Kabel LAN UTP Cat 5e, Kabel ini merupakan versi perbaikan dari kabel
UTP Cat5, yang
menawarkan kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan Cat5 biasa.
Kabel ini mampu
mendukung frekuensi hingga 250 MHz, yang direkomendasikan untuk
penggunaan dalam
jaringan Gigabit Ethernet, dengan kecepatan maksimum 1 Gigabps,
tingkat emisi lebih
rendah,
lebih mahal dari Cat 5 akan tetapi lebih bagus untuk jaringan Gigabit.
7.
Category 6
Kabel LAN UTP Cat 6, kecepatan maksimum adalah 1 Gigabps+, dimaksudkan
sebagai
pengganti
Cat 5e dengan kemampuan mendukung kecepatan-2 multigigabit.
2.9.1.2 Kabel Shielded Twisted Pair (STP)
Kabel STP sama dengan kabel UTP,
tetapi kawatnya lebih besar dan
diselubungi dengan lapisan pelindung isolasi untuk
mencegah gangguan interferensi.
Jenis
kabel STP yang
paling umum digunakan pada LAN ialah IBM jenis/kategori 1.
2.9.2 Kabel
Coaxial
Terdiri
atas dua kabel yang diselubungi oleh dua tingkat isolasi. Tingkat isolasi
pertama
adalah yang
paling dekat dengan kawat konduktor tembaga. Tingkat pertama ini dilindungi
oleh
serabut konduktor yang menutup bagian atasnya yang melindungi dari pengar
elektromagnetik.
Sedangkan bagian inti yang digunakan untuk transfer data adalah bagian
tengahnya
yang seLANjutnya ditutup atau dilindungi dengan plastik sebagai pelindung akhir
untuk
menghindari dari goresan kabel.
2.9.3 Thick coaxial cable (Kabel Coaxial “gemuk”)
Kabel Coaxial ini (RG-6) jika digunakan dalam jaringan
mempunyai spesifikasi dan
aturan sebagai berikut:
_ Setiap ujung harus
diterminasi dengan terminator 50-ohm (dianjurkan
menggunakan terminator yang sudah dirakit, bukan
menggunakan satu buah
resistor 50-ohm 1 watt, sebab resistor mempunyai disipasi
tegangan yang lumayan
lebar).
_ Maksimum 3 segment dengan
peralatan terhubung (attached devices) atau berupa
populated segments.
_ Setiap kartu jaringan
mempunyai pemancar tambahan (external transceiver).
_ Setiap segment maksimum
berisi 100 perangkat jaringan, termasuk dalam hal ini
repeaters.
_ Maksimum panjang kabel per
segment adalah 1.640 feet (atau sekitar 500 meter).
_ Maksimum jarak antar segment
adalah 4.920 feet (atau sekitar 1500 meter).
_ Setiap
segment harus diberi ground.
2.9.4 Thin coaxial cable (Kabel Coaxial “Kurus”)
Kabel coaxial jenis ini banyak dipergunakan di kaLANgan
radio amatir, terutama untuk
transceiver yang tidak memerlukan output daya yang besar.
Untuk digunakan sebagai
perangkat jaringan, kabel coaxial jenis ini harus memenuhi
stkitar IEEE 802.3 10BASE2,
dimana diameter rata-rata berkisar 5mm dan biasanya
berwarna hitam atau warna gelap
lainnya. Setiap perangkat (device) dihubungkan dengan BNC T-connector. Kabel jenis ini juga
dikenal
sebagai thin
Ethernet atau
ThinNet.
2.9.5 Kabel
Serat Optik (Fiber Optik)
Kabel fiber
optic merupakan kabel jaringanyang dapat mentransmisi cahaya.
Dibandingkan
dengan jenis kabel lainnya, kabel ini lebih mahal. Namun, fiber optic memiliki
jangkauan
yang lebih jauh dari 550 meter sampai ratusan kilometer, tah
interferensi
elektromagnetik dan dapat mengirim data pada kecepatan yang lebih tinggi dari
jenis kabel
lainnya.
2.10 Proses Penyambungan FO
Biasanya kabel fiber optic digulung pada haspel. Panjang
kabel fiber optic dalam
sebuah
haspel bergantung pada besarnya kabel dan haspelnya.
2.11
Pemasangan Connector FO
Terminasi
adalah proses pemasangan connector pada fiber optic. Proses ini tidak
dapat
dilakukan secara sembarangan, mengingat diameter kabel fiber optic adalah
sedemikian
kecil, jauh lebih kecil daripada rambut manusia.
2.12
Jenis-Jenis Kabel Fo
Serat optic
dapat dibagi menjadi 3 jenis:
2.12.1 Single
Mode
Yaitu serat optic dengan core yang
sangat kecil, sekitar 8 mikro meter. Besar
diameternya
mendekati panjang gelombang, sehingga
dalamnya
tidak terpantul
menjangkau
jarak yang lebih jauh.
2.12.2Multi Mode Step Index
Yaitu serat
optic dengan diameter core yang sedikit lebih besar dibanding
single
mode, sekitar 10 mikro meter. Ukuran tersebut membuat laser di dalamnya
terpantul
didinding cladding, yang dapat menyebabkan
serat optic
jenis ini. Kabel jenis ini dapat megirimkan data yang berbeda pada saat
yang
bersamaan. Namun, jika kabel single mode dapat menjangkau ratusan kilometer,
kabel multi
mode hanya mampu menjangkau kurang dari 550 meter.
2.12.3 Multimode
Grade Index
Yaitu serat
optic dengan diameter core yang terbesar, dibanding dua jenis
serat optic
lainnya. Jenis yang satu ini tidak terlalu banyak digunakan.